Hadits-Hadits Lemah dan Palsu Seputar Anak

22 February 2016 - Kategori Blog

Hadits-Hadits Lemah dan Palsu Seputar Anak

Kami akan menyebutkan tiga contoh hadits yang popular dinisbatkan atas Nabi kita Muhammad ﷺ yang mulia, padahal ternyata bukan

index

Masalah ini dibahas agar tidak terjerumus dalam ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang-orang yang mendustakan beliau,

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah dia bersiap-siap (mendapat) tempat duduknya di neraka.” (HR. al-Bukhari no. 1209).

Kami akan menyebutkan tiga* contoh hadits yang popular dinisbatkan atas Nabi kita Muhammad ﷺ yang mulia, padahal ternyata bukan. Oleh karenanya, hendaknya hal ini menjadi perhatian dan kewaspadaan bagi kita semua.

Adzan Saat Bayi Lahir

مَنْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُوْدٌ, فَأَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَأَقَامَ فِي أُذُنِهِ الْيُسْرَى, لَمْ تَضُرَّهُ أُمُّ الصِّبْيَانِ

Barangsiapa yang dikaruniai seorang bayi, lalu dia adzani di telinga bagian kanannya dan iqamat di telinga bagian kirinya, maka dia tidak akan ditimpa gangguan jin.

MAUDHU’. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’aibul Iman (VI/390), Abu Ya’la (no. 6780), Ibnu Sunni dalam ‘Amalul Yaum wa Lailah (no. 623). Dari jalan Yahya bin al-Ala’ dari Marwan bin Salim dari Thalhah bin ‘Ubaidillah dari Husain bin ‘Ali.

Sanad hadits ini maudhu’ atau palsu disebabkan Yahya bil al-Ala’ dan Marwan bin Salim adalah dua rawi yang memalsukan hadits. [1]

Nama yang Paling Dicintai

أَحَبَّ الْأَسْمَاءِ إِلَى اللَّهِ مَا عُبِّدَ و مِا حُمِّدَ

Nama yang paling dicintai oleh Allah adalah nama yang dihambakan dan dipuji.

TIDAK ADA ASALNYA. Sebagaimana ditegaskan oleh as-Suyuthi dan sebagainya. LihatKasyful Khafa’ (I/390, 50).

Lafazh yang benar adalah sebagai berikut:

أَحَبَّ الأَسْمَاءِ إِلَى اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ وَ عَبْدُ الرَّحْمنِ

Sesungguhnya sebaik-baik nama kalian di sisi Allah adalah ‘Abdullah dan ‘Abdurrahman.[2]

Faedah: Ibnu Hazm rahimahullah menukil kesepakatan ulama tentang haramnya setiap nama yang dihambakan kepada selain Allah seperti ‘Abdul ‘Uzza dan ‘Abdul Ka’bah. Pendapat ini disetujui oleh al-‘Allamah Ibnul Qayyim dalam Tuhfatul Maudud (hal. 37).

Dengan demikian, maka tidak halal nama-nama seperti ‘Abdu ‘Ali dan ‘Abdul Husain sebagaimana popular dalam kelompok Syi’ah, juga ‘Abdu Nabi atau ‘Abdu Rasul sebagaimana dilakukan oleh sebagian Ahlus Sunnah yang awam. [3]

Pahala Anak untuk Orang Tuanya

إِنَّ حَسَنَاتِ الصَّبِيِّ لِوَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا

Pahala ibadah anak kecil itu untuk kedua orang tuanya atau salah satunya.

MAUDHU. Ibnu Muflih dalam al-Furu’ (I/291) menyebutkan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan selainnya dengan sanad yang lemah dari Anas secara marfu’. Dan disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam al-Maudhu’at. [4] Tetapi kami belum mendapatkannya dalam Musnad Ahmad maupun al-Maudhu’at. Wallahu a’lam.

Faedah: As-Sakhwi berkata, “Anak kecil diberi pahala atas amal shalih mereka sebagaimana pendapat mayoritas ulama. An-Nawawi menceritakan dalam Syarh Muslim dari Malik, Syafi’i, Ahmad dan mayoritas ulama.”

Hal ini diperkuat dengan hadits bahwa ada seorang wanita yang mengangkat anak kecilnya kepada Nabi, seraya mengatakan: “Apakah anak ini mendapat pahala haji?” Nabi ﷺ bersabda: “Ya, dan untukmu juga pahala.” [5] Yakni, anak tersebut mendapat pahala haji tetapi itu hanya sunnah baginya, sehingga dia belum gugur kewajiban haji apabila telah dewasa.

Adapun dosa anak kecil, maka tidak dicatat, berdasarkan hadits:

Diangkat pena dari tiga golongan, orang gila sehingga sadar, orang tidur hingga bangun, dan anak kecil hingga baligh.

Kesimpulannya, anak kecil dicatat amal kebaikannya tetapi tidak dicatat amal jeleknya.[6]

Allahu a’lam.

***

Diketik ulang dengan sedikit penyesuaian bahasa oleh Tim Muslimah.Or.Id dari buku “Bekal Menanti si Buah Hati” karya Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi.

*) Pada naskah aslinya terdapat empat hadits, untuk lebih lengkapnya silahkan langsung merujuk ke buku yang telah kami sebutkan di atas.

Catatan kaki

[1] Silsilah adh-Dha’ifah (no. 321). Dan lihat kembali bahasan dalam buku “Bekal Menanti si Buah Hati” karya Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi bahasan ‘Mengadzani Bayi, Sunnahkah?

[2] HR. Muslim (no. 2132)

[3] Lihat Silsilah al-Ahaadits adh-Dha’iifah (no. 411)

[4] Al-Muntaqa min Faraidh al-Fawaid (hal. 91) Ibnu ‘Utsaimin dan at-Tuhfah al-Karimah (hal. 99) Ibnu Baaz

[5] HR. Muslim (no. 1336)

[6] Al-Ajwibah al-Mardhiyyah (II/766-767)

——————————-

Artikel muslimah.or.id

 

 
Chat via Whatsapp